Ass..mas bro dan mba bro, kali ini ane mau ngeposting tentang ringkasan tafsir al-quran, ini bisa dibilang tugas si dari dosen ane :D tapi ya gak apa-apalah buat di share...
siapa tau ada juga yg memutuhkan ringkasan yang mengenai Tafsir Al-quran :D
Langsung aja deh mas dan mba bro......
1. Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan,
seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang
telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas dan jelas.
Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi
, berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya
. Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia
. Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.
2. Urgensi Tafsir
Tafsir termasuk disiplin
ilmu islam yang paling mulia dan luas cakupannya. Paling mulia, karena kemulian
sebuah ilmu itu berkaitan dengan materi yang dipelajarinya, sedangkan tafsir
membahas firman-firman Allah. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang
ahli tafsir membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas
akidah, fikih, dan akhlak[8].
Di samping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari
ayat-ayatAl-Qur’an, kecuali dengan mengetahui makna-maknanya.[9]
Oleh karena itu, kita
sebagai seorang muslim harus berusaha mengetahui tafsir Al-Qur’an agar
mampu mengambil manfaat darinya dan mampu mengikuti jejak salafus
shalih.[10]
Dengan urgensi tafsir
seperti itu, membawa ulama sepakat bahwa tafsir termasuk fardu kifayah dan
merupakan salah satu dari tiga ilmu syariat yang paling utama setelah hadis dan
fikih. Keutamaan ilmu tafsir bukan hanya karena ilmu ini membahas
pokok-pokok ajaran agama yang sangat dibutuhkan, akan tetapi mempelajari ilmu
ini mengandung tujuan mulia, karena pokok kajiannya adalah Kalamullah[11]
3. Metode Tafsir
Yang dimaksud dengan metodologi penafsiran ialah ilmu yang membahas
tentang cara yang teratur dan terpikir baik untuk mendapatkan pemahaman
yang benar dari ayat-ayat A;-Qur’an sesuai kemampuan manusia.
Metode Tafsir ini dibagi menjadi 4 yaitu ;
(a) Metode Ijmali (Global)
Ø Pengertian
Yang dimaksud dengan metode
al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metoda tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global.
[20] Pengertian
tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup
dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca.
Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushhaf. Di
samping itu penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa AL-Qur’an
sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar
Al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya.
[21]
Kitab tafsir yang tergolong dalam metode ijmali (global) antara lain : Kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karimkarangan Muhammad Farid Wajdi, al-Tafsir al-Wasith terbitan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyat, dan Tafsir al-Jalalain, serta Taj al-Tafasir karangan Muhammad ‘Utsman al-Mirghani.
(b) Metode Tahliliy (Analisis)
Ø Pengertian
Yang dimaksud dengan Metode Tahliliy (Analisis) ialah
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang
terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan
makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Kalau kita lihat dari bentuk tinjauan dan kandungan informasi yang terdapat dalam tafsir
tahliliy yang jumlah sangat banyak, dapat dikemukakan bahwa paling tidak ada tujuh bentuk tafsir, yaitu :
[22] Al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Al-Tafsir bi al-Ra’yi, Al-Tafsir al-Fiqhi, Al-Tafsir al-Shufi, At-Tafsir al-Ilmi, dan
Al-Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i.
Sebagai contoh penafsiran metode tahliliy yang menggunakan bentuk Al-Tafsir bi al-Ma’tsur (Penafsiran ayat dengan ayat lain), misalnya : kata-kata al-muttaqin (orang-orang bertakwa) dalam ayat 1 surat al-Baqarah dijabarkan ayat-ayat sesudahnya (ayat-ayat 3-5) yang menyatakan :
ﺍﻟﺬﻳﻦﻳﺆﻣﻨﻮﻥﺑﺎﺍﻟﻐﻴﺐﻭﻳﻘﻴﻤﻮﻥﺍﻟﺼﻠﻮﺓﻭﻣﻤﺎﺭﺯﻗﻨﺎﻫﻢﻳﻨﻔﻘﻮﻥﻭﺍﻟﺬﻳﻦﻳﺆﻣﻨﻮﻥﺑﻤﺎﺃﻧﺰﻝ
ﺇﻟﻴﻚﻭﻣﺎﺃﻧﺰﻝﻣﻦﻗﺒﻠﻚﻭﺑﺎﻷﺧﺮﺓﻫﻢﻳﻮﻗﻨﻮﻥﺃﻭﻟﺌﻚﻋﻠﻰﻫﺪﯼﻣﻦﺭﺑﻬﻢﻭﺃﻭﻟﺌﻚ
ﻫﻢﺍﻟﻤﻔﻠﺤﻮﻥ
“Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan
salat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka,
dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akherat. Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhannya, dan mereka orang-orang yang beruntung.”
(c) Metode Muqarin (Komparatif)
Ø Pengertian
Pengertian metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang
memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih,
dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama;
b. Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada lahirnya terlihat bertentangan;
c. Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Jadi dilihat dari pengertian tersebut dapat dikelompokkan 3 objek kajian tafsir, yaitu
[23] :
§ Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain;
Mufasir membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat lain, yaitu
ayat-ayat yang memiliki persamaan redaksi dalam dua atau lebih masalah
atau kasus yang berbeda; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi berbeda
dalam masalah atau kasus yang (diduga) sama. Al-Zarkasyi mengemukakan
delapan macam variasi redaksi ayat-ayat Al-Qur’an,
[24] sebagai berikut :
(a) Perbedaan tata letak kata dalam kalimat, seperti :
ﻗﻞﺇﻥﻫﺪﯼﺍﷲﻫﻮﺍﻟﻬﺪﯼ
“Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk” (QS : al-Baqarah : 120)
ﻗﻞﺇﻥﺍﻟﻬﺪﯼﻫﺪﯼﺍﷲ
“Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah” (QS : al-An’am : 71)
(b) Perbedaan dan penambahan huruf, seperti :
ﺳﻮﺍﺀﻋﻠﻴﻬﻢﺃﺃﻧﺬﺭﺗﻬﻢﺃﻡﻟﻢﺗﻨﺬﺭﻫﻢﻻﻳﺆﻣﻨﻮﻥ
“Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada
mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak
akan beriman” (QS : al-Baqarah : 6)
ﻭﺳﻮﺍﺀﻋﻠﻴﻬﻢﺃﺃﻧﺬﺭﺗﻬﻢﺃﻡﻟﻢﺗﻨﺬﺭﻫﻢﻻﻳﺆﻣﻨﻮﻥ
“Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada
mereka ataukah tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman” (QS : Yasin: 10)
(d) Metode Mawdhu’iy (Tematik)
Ø Pengertian
Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas
ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.
Semua ayat yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikahi secara mendalam dan
tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya seperti asbab al-nuzul,
kosa kata dan sebagainya. Semuanya dijelaskan secara rinci dan tuntas,
serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah; baik argumen itu berasal dari
Al-Qur’an dan Hadits, maupun pemikiran rasional.
Ø Ciri-ciri Metode Mawdhu’iy
Yang menjadi ciri utama metode ini ialah menonjolkan tema, judul
atau topik pembahasan; sehingga tidak salah bila di katakan bahwa metode
ini juga disebut metode “topikal”. Jadi mufasir mencari tema-tema atau
topik-topik yang ada si tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur’an
itu sendiri, ataupun dari yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah
dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspek,
sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat
yang ditafsirkan tersebut. Artinya penafsiran yang diberikan tak boleh
jauh dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak terkesan penafsiran
tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan belaka (al-Ra’y al-Mahdh).
Sementara itu Prof. Dr. Abdul Hay Al-Farmawy seorang guru besar pada Fakultas Ushuluddin Al-Azhar, dalam bukunya Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Mawdhu’i mengemukakan secara rinci langkah-langkah yang hendak ditempuh untuk menerapkan metode mawdhu’i. Langkah-langkah tersebut adalah :
(a) Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik);
(b) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;
(c) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab al-nuzulnya;
(d) Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing;
(e) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out-line);
(f) Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan;
(g) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau
mengkompromikan antara yang
‘am (umum) dan yang
khas (khusus), mutlak dan
muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perdebatan atau pemaksaan.
Mungkin sekian postingan dari ane, semoga bermanfaat buat mba" dan mas" bronya